Hype itu sebenarnya sebuah kata yang manis
tapi juga pahit dalam movie experience dan dampak yang ia hasilkan kerap
begitu besar terutama pada genre horror dimana range antara ekspektasi
dan hasil dilapangan yang tercipta dapat dengan mudah tampil begitu
ekstrim. Contohnya seperti
Insidious.
Horor Indie berjudul "It Follows" ini juga punya potensi besar untuk
membuat kamu terjebak kedalam hype, they even called it “one of the most
striking American horror films in years.” Apakah itu benar? Absolutely
yes. It Follows is one of the “sweetest” horror in a decade who can
still be delicious one maybe even two or more decades from now. This
thing, it's going to follow you!!
Jay (Maika Monroe) merupakan remaja putri yang sedang tenggelam dalam
pubertas, hingga suatu ketika di malam hari ia memilih keluar bersama
pacarnya, Hugh (Jake Weary), untuk melakukan hubungan seks. Yang menjadi
masalah adalah dampak dari hubungan seks itu ternyata berupa sebuah
siksaan menakutkan bagi Jay, dimana Hugh mengatakan dari kencan yang
mereka lakukan tadi ia telah meninggalkan “sesuatu” didalam diri Jay
yang tidak akan berhenti dan terus mengikuti Jay hingga orang lain
mengambilnya dari Jay, dengan cara melakukan hubungan seks.
Sinopsis tadi memang terlihat sangat sederhana tapi percayalah hasil
yang film ini berikan kepada kamu adalah sebuah hiburan horror yang
menakutkan dan menyenangkan secara bersamaan. Jika kamu takut tidak akan
menemukan horror berkualitas seperti The Conjuring ataupun The Babadook
di tahun ini maka sudah saatnya untuk mengubur rasa cemas tersebut,
karena David Robert Mitchell berhasil memberikan sebuah horror
menyenangkan dengan berbagai kombinasi elemen yang kita cari dari sebuah
horror.
Ini unik, It Follows adalah sebuah horror yang unik, ia terkesan
standard bahkan pada awalnya kamu mungkin akan merasa ragu bagaimana ia
akan menghibur dengan premis sederhana tadi, cara ia tampil dihadapan
kamu juga menciptakan impresi bahwa ia tidak mencoba untuk
menakut-nakuti, tapi setelah itu ia akan menangkapmu, mencengkeram, lalu
mempermainkan kamu dengan pertanyaan dilengkapi dengan intimitas dan
emosi, dan ketika ia berakhir ia akan terus tinggal di pikiranmu, terus
mengikutimu.
Ya, itu yang sangat menarik dari film ini, ia membuat penonton
bertanya-tanya dalam rasa ragu sembari terus berada dalam mode waspada.
Tidak ada mitologi yang rumit dan membingungkan yang digunakan oleh
Mitchell, tapi berawal dari sebuah kutukan kemudian lahir berbagai
pertanyaan yang tinggal, membingungkan, dan mengganggu penonton. Ada
ketidakjelasan yang dibentuk dan terjaga dengan manis disini, It Follows
terus tumbuh kearah positif karena ia cerdas dalam menggoda imajinasi
kita para penontonnya lengkap dengan score eerie tanpa mengumbar jump
scare berlebihan.
Intensitas yang ia miliki bukan hanya sekelas The Babadook bahkan sekelas dengan horror Jepang seperti Ju-on: The Grudge,
memutar-mutar pertanyaan ada atau tidak ada yang lantas membuat rasa
yakin dan penasaran kamu terombang-ambing liar tapi dengan tekstur yang
padat jadi tidak membuat berbagai hal klasik dan super familiar dari
sebuah film horror yang ia gunakan terasa biasa, malah berhasil ia
tampilkan kembali dengan rasa yang segar.
Tidak ada yang baru kok dari It Follows, apa yang pernah kamu lihat dari
berbagai film horror ada disini, dan seperti kesan tidak ingin tampil
seram ia juga tidak ingin tampil berlebihan bahkan dengan tidak
menerapkan backstory, tapi cara ia menyusun hal-hal klasik itu sukses
membuat penonton masuk ke rasa takut mereka dan jatuh cukup dalam. It
Follows tidak mau membawa kamu kedalam kerumitan yang akan membuat ia
terkesan pintar, menggunakan logika ia berhasil memperluas cerita karena
ia hanya ingin bergerak maju untuk terus membuat kamu bermain-main
dengan kegelisahan dan pertanyaan yang anehnya juga memberikan kesan
thoughtful.
Ya, aneh, disamping upaya menebak-nebak tadi sebuah pemikiran bahwa sex
tidak selamanya indah akan mencoba hinggap di kepala kamu, salah satu
isu yang coba disampaikan dengan cara satir oleh David Robert Mitchell.
Itu yang membuat It Follows seperti sebuah permainan yang intens, ia
punya banyak cabang, dari misteri, thrill, horror, hingga drama dengan
isu seperti sedikit coming-of-age misalnya yang tidak berhenti menarik
perhatian.
It Follows adalah bukti bahwa hal-hal klasik masih dapat terasa asyik
jika dikemas dengan cerdik. Cinematography terampil dikemas sehingga
setting mampu memberikan kesan haunting, jeritan juga minim disini tapi
ia mampu membuat seolah denyut nadi kamu adalah denyut nadi karakter
didalam cerita, kamu berada disekitar mereka. Berbicara karakter mereka
punya daya tarik yang mumpuni dan disini saya bukan hanya berbicara
tentang Jay dan Hugh tapi juga karakter pendukung lain, punya kontribusi
dalam untuk menciptakan rasa tidak aman dengan ditemani emosi yang
mampu meraih simpati.
Tidak memberikan karakter informasi yang terlalu jauh juga pilihan yang
cerdik sehingga semua terjadi dalam lingkup yang sempit sehingga
teka-teki terus hidup sembari rasa sesak yang mereka alami juga terus
membesar. It Follows adalah film horror yang lahir bukan hanya untuk
membawa penontonnya masuk kedalam permainan penuh misteri menarik yang
menyeramkan dan mengganggu, tapi ia juga lahir untuk menjadi sebuah
kenangan yang indah. Sangat sederhana kok, lari kamu mati, jika
tertangkap kamu juga akan mati. Membingungkan? Nah, itu yang membuat It
Follows terasa menyenangkan, meskipun terasa super segmented.
Di buka dengan dingin dan ditutup dengan poetic, It Follows bergerak
tenang namun terus mencengkeram bukan hanya lewat pertanyaan yang ia
punya namun juga pintar dalam memainkan tempo, momentum, dan suasana,
misteri bersama thrill yang bukan hanya mengguncang ketika hadir di
layar tapi memberikan kenang-kenangan berupa paranoia yang tetap tinggal
dan bermain di pikiran kamu dalam waktu yang lama. This thing, it's
going to follow you!! Guys, never go anywhere with only one exit.